Monday, July 05, 2010

27

Rembulan menutup mata nya hari ini, bermalas-malasan dia dalam peraduan. Meredam lonjak-lonjak emosi yang tak kunjung padam. Aku rindu berbicara akrab dengan waktu, dalam nada sederhana. Tanpa meminta, tanpa mengejar, tanpa menuntut. Bermanja-manjaan dalam genggaman tubuhnya yang hangat, terlelap bersama angan. Aku tak peduli lagi dengan waktu yang telah berkhianat dengan bumi, kekasihku. Sementara pucuk-pucuk hijau merekah dan kembang-kembang megar ruah, aku tersadar akan satu kepastian. Harapan tak berbatas ruang dan waktu. Kamu, aku, kita melimpah ruah di atas kesementaraan yang ditaburi percik-percik keabadian. Bagaimana mungkin kau memunguti dan mengumpulkannya dalam waktu sambil berharap akan diterbangkan dalam kepenuhan, tahukah kamu bahwa kita melekat pada kesementaraan yang hakiki. Meludah, menjilat ludah sudah biasa di sini. Meracik kejujuran dengan kebohongan pun menjadi sebuah keahlian yang bernilai jual tinggi. Aku sebenarnya muak, berharap akan kesementaraan ini, berharap akan sesuatu yang pasti akan hilang dan pergi. Menangis, tertawa dan menangis lagi. Sungguh melelahkan.

No comments: