Sunday, September 26, 2010

Kamu!!

Kamu, membaca terlalu banyak, menulis terlalu banyak, berucap terlalu banyak. Oh tidak, yang lebih celaka karena kamu mengerti terlalu banyak…

Kamu bernyanyi dan berdansa bersama rasa perih yang tak nyata. Kamu hidup dalam mereka, setiap jiwa-jiwa nelangsa yang kau popoh dan gopong ke peraduan.

Kamu lelah, kamu habis, terkuras oleh segala emosi. Namun bukan di sana, kamu tidak berada di sana, kamu tidak hadir dalam setiap memori. Karena itu bukan kamu. Bukan bagianmu.

Kamu adalah mereka semua bersama cerita-ceritanya. Kamu adalah pejuang nurani-nurani yang tertumpuk bau amis sampah yang kau keruk dengan kuku-kuku mu.

Kamu terpenjara di dunia bebas. Dalam harta kamu meludah hina. Dalam nama kamu menjerat-jerat hasrat. Kamu jijik dengan segala wajah penjilat yang wangi.

Kotor, hitam, basah, becek, amis!!
Di atas bumi ini kamu berjingkat-jingkat melewatinya.

Waktunya menjadi sama seperti mereka, waktunya mengikuti apa kata mereka, waktunya untuk tidak menjadi dirimu sendiri. Untuk apa? Untuk mereka? Siapa mereka? Mereka adalah kamu!

Kamu dan waktu adalah mereka. Mereka dan waktu adalah kamu. Kamu adalah mereka dan waktu.

Berjuang untuk tidak menjadi diri sendiri, untuk membantu mereka menjadi diri mereka. Memikirkan mereka yang terpenjara dengan membunuh dirimu dan pikiranmu. Karena kamu sudah kotor, kamu sudah cemar oleh hasrat sembunyi-sembunyi.
Hasrat yang meminta makan setiap malam dan pagi. Hasrat yang tak henti-hentinya berbunyi.

Berhentilah bernyanyi, berhenti lah menari, berhenti lah berjinjit.
Tapaki hari-hari penjara dan bebaskan mereka dari sana.

Saturday, September 25, 2010

Euforia yang terlambat tiba

Kata-kata mengabur
Seperti angan-angan akan harapan yang dulu
Telah lama hilang hasrat untuk euforia kecil ini
Telah sepi pesta-pesta kosong yang seharusnya semarak

Burung gagak mematuk-matuk kayu yang tengah keropos
Entah mengapa dia rindu pada sayap-sayap awan yang mengiriminya kawan
Melagu lelautan biru yang berpendar-pendar riang di atas debur siang bolong
Udara di atasnya kosong, sepi dan asin

Setumpuk ilmu-ilmu telah larut di udara
Meninggalkan sepotong khayalan akan rasa-rasa yang berhamburan
Tidak ada tangis, tidak ada tawa
Yang ada hanya kenyataan dan keharusan yang niscahya

Mendung, atau memang sudah sore?
Hati ini enggan susah-susah berlabuh
Toh di sana ada hasrat yang tak kan pernah surut
Tekad yang tak pernah berubah

Untuk menjadi aku dan lebur di dalamnya..
Ya, hanya itu.

Friday, September 10, 2010

SEJARAH tentang LUPA

Hari di mana sorak sorai menggema di kerumunan energi jalanan telah surut
Hari di mana teriakan emosi yang lahir dari ketidakadilan telah redam
Hari di mana solidaritas membangun semangat kerakyatan telah pupus
Hari di mana tawa tulus telah berganti dengan senyum palsu

Mengapakah kita lupa akan darah yang tertumpah di atas tanah ini
Bagaimana kita meraih mimpi dengan menjilati produk instan pembodohan
Siapa yang bertanggungjawab akan generasi robot yang tak berhati apalagi berbudi!
JAWAB!

Kita, kita yang bersalah!
Kita diam, kita terlena!
Kita LUPA.....................

Kita berhenti menggali,
Berhenti merenung,
Berhenti belajar,
Dari Sejarah yang benar!

Thursday, September 09, 2010

Dawn

Senja itu genit sekali
Tersipu malu di sela-sela rambut mu
Kamu tertunduk, merekahkan kilau tetes air di ujung hidungmu
Tumpah di riak laut yang mulai kelabu

Aku iri pada langit yang menaungimu
Dan laut yang merengkuh tubuhmu
Aku iri padamu yang tengah merayu bintang
Padamu yang asyik mencumbu samudra

Now,

The sun is about to leave
The sky is about to hide
If only you know how scared am i to lose my self in the dark
Heart shaking hard in a palm of my cold hope

The dawn is about to come
Would you wake me up in your arms?
Take me to that high cliff
Cause i don't wanna miss the sun

Please don't give up on me tomorrow
Cause today, i give my faith in you
Would you promise me,
That you gonna save me from my self

Wednesday, September 08, 2010

Dalam Doaku

Malam ini berisik. Angin mengetuk-ngetuk nurani, membangunkan dari tidurnya. Tangis terjaga dalam doa-doa insan yang terhilang.

Tuhan, jika Kau melihat
Takkan percuma segala sesak yang menetaskan bulir-bulir air mata ini
Takkan percuma segala gemeretak yang menghancurkan sendi malam yang dingin ini
Takkan percuma segala harap akan generasi yang lebih berbudi

Tuhan, jika Kau mendengar
Takkan sia-sia setiap bayi yang membiru kedinginan
Takkan sia-sia setiap ibu yang menjerit kelaparan
Takkan sia-sia setiap ayah yang hampir mati kelelahan

Tuhan, jika Kau mengetahui
Hamba Mu ini hendak mengantarkan sepotong roti doa dan seteguk air harapan pada mereka
Yang terbingkai sengsara dalam ukiran-ukiran emas para penista hak rakyat
Yang terlunta-lunta menopang harga diri nya yang telah penuh cemar darah

Tuhan kami memohon kelegaan, pada Mu yang Maha Mengerti
Kami mohon..