Thursday, January 01, 2009

Ayah

Ayah, hari ini suaramu kecil sekali, hanya sayup saja ku dengar
Sungguh, wajah ini tak kuasa terangkat untuk memandang kedua matamu yang membasah
Tubuhmu yang lemah menghancurkan sendi-sendiku
Nafasmu yang lirih menyesakkan dadaku

Ayah, engkau adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan
Namun sungguh, engkau telah menjadi ayah yang aku banggakan
Engkau telah memberikan seluruh jiwa raga untuk kesejahteraan keluarga
Sungguh, aku bersyukur dapat memilikimu

Ayah, hari ini aku mendengar engkau berdoa
Agar Tuhan bermurah hati untuk segera mengambil nyawamu pergi
Ayah, aku mohon maaf karena tangisku harus terpecah lagi

Ayah, aku tahu semuanya telah hancur
begitu juga engkau dan aku
Ayah, aku tahu kita telah lelah berharap
Untuk sebuah pengertian
Ayah, aku tahu tidak ada lagi yang dapat dipertahankan
Bagi kita..

Namun ayah, tiada lagikah harap tersisa di sini?
Aku tahu ayah, aku akan mendoakan hal yang sama jika aku berada di posisimu
Tapi sungguh ayah, dapatkah kau berusaha lebih tegar lagi?

Ayah, aku tahu engkau telah mengorbankan segalanya
Ayah, aku tahu engkau mencintai kami
Ayah, aku tahu segalanya ini tidak mudah bagimu seperti juga bagi ku
Namun ayah, berjuanglah untuk hidup demi kami
Anak-anak yang berkeinginan untuk sempat membahagiakan mu di masa tuamu

Ayah, maafkan aku.
Karena telah berniat meninggalkanmu
Ayah, maafkan aku.
Karena telah terlampau egois
Ayah, maafkan aku.
Karena telah membuat mu menangis