Saturday, March 05, 2011

Selamat Berpulang Jiwa yang Menyepi

Hari ini aku bangun berseri-seri, membuka kotak mimpi yang mengakses dunia maya.
Kotak mimpi mengingatkanku akan hari bahagiamu. Ya, kamu yang selalu ada di sana.
Aku membuka duniamu, menatap ke atas sambil mulai merangkai kata-kata indah.
Seperti sekuntum bunga yang kan melengkapi perayaan hari lahirmu.
Aku mengingat betapa kamu selalu menatap di sana, di setiap gerik gerak ku.
Kamu yang selalu sukacita mendukung setiap perkataan lantangku tentang keadilan.
Tersenyum simpul melihatku memamerkan taring dan cakar mungilku yang masih tumpul.
Kamu, seorang besar yang mengayomi dan mengagumi pucuk daun hijau yang masih baru.
Aku heran mengapa kau selalu mengawasi aku yang kencur dengan kata-kata lawasmu yang lekat.
Kamu tak pernah menegur, tak pernah berdebat.
kamu hanya berkata "jangan pernah menilai yang benar dan yang salah, karena hidup ini hanya cerita."
Kamu memang pencipta, lagu, tari, dendang, peran. Segala seni kau cipta.
Kepadamu aku akan belajar. Suaru hari, kita pasti akan benar-benar bertemu.

Aku pun membuka mata dan mulai menebar rima dalam nada kata.
Ahh, coba aku lihat apa kata teman-temannya hari ini.
Sedikit aku ingin merasakan kebahagiaannya sebelum mengirimkan bunga syairku.

..............................................................
..............................................................
..............................................................

Segera aku hapus semua syair dengan terburu-buru
Pikiranku tak lagi bisa terkendali selain sesak yang sibuk menderu
Apa-apaan ini?

..............................................................
..............................................................
..............................................................

Mengapakah kau tak membiarkan aku duduk bersama mu selagi kau bercerita tentang pentas-pentas teater
Mengapakah kau tak membiarkan aku menghabiskan secangkir saja kopi tanpa harus mengenangmu

Aku menarik nafas dalam, menghembusnya perlahan dan mulai menulis.
Syair yang berbeda, syair yang maha entah

"Hari ini adalah hari bahagia yang dirayakan bumi ketika menyambut kedatanganmu dan hari ini juga menjadi hari bahagia yang dirayakan surga untuk menyambut kepulanganmu. Hari ini kamu diantar terang menyepi nan damai. Selamat Jalan bung. Sampai bertemu di Rumah Bapa."

No comments: