Hari kedua,
Seperti hal nya hari pertama yang belum juga tuntas. Kebiasan berebut ego di pagi hari bersama waktu masih terjadi. Perdamaian ku dengan aspal dan permohonan maaf pada si hitam beroda 4 yang terpecut kemelut hari itu.
Setelah itu menjadi juri.
Berusaha menilai seobjektif mungkin dalam kesubjektifan.
Melihat jari jemari itu bergetar panik dalam kegalauan fibrasi yang hilir mudik
Teriakan tak lagi ada tuk diresapi selain keraguan
Dan tatapan mata si objek yang meminta dirinya dinilai. Uluran tangannya membelai udara2 di antara kami menarik kesubjekanku lekat disela-sela jemari nya.
Saya bersama objek yang mengobjekkan dirinya untuk saya.
Pantas saja kesubjekan saya tidak pernah laris, tak pernah tau bagaimana memainkan tatapan mata dan kerlingan tangan untuk mengobyeki tiap nada.
Pantas saja.. =P
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment