Saya rasa tidak,
Tidak selalu sebuah pengertian merupakan hasil dari mengerti dan dimengerti.
Sayangnya tidak setiap hal di dunia ini mencapai sebuah equilibrium seperti itu.
Hari ini saya sadar betapa sulitnya membuat orang lain memahami diri kita. Orang yang terdekat sekali pun tidak. Setelah saya pikir-pikir malah tidak sesulit ketika saya mencoba memahami orang yang paling sulit sekali pun. Beribu kata bisa kita beri, namun percuma, pada akhirnya kita hanya membuat diri kita lebih tidak memahami apa yang kita pahami. Buat apa? Buat orang lain?
Hah, lagi lagi begitu..
Kata orang manusia itu mahluk sosial, dari bayi pun telah diajari bahwa dirinya merupakan mahluk sosial. Kenapa pengertian tentang mahluk sosial tidak diimbangi dengan pengertian akan mahluk individual? Seakan individualisme itu sesuatu yang tidak perlu diperhatikan dan dipelajari karena akan berkembang begitu saja dengan sendirinya.
"Banyak orang lebih banyak tahu bagaimana cara bersikap terhadap orang lain dibandingkan terhadap diri sendiri. Mau dikemanakan sifat individualistis ini? "
Saya jadi ingat sewaktu saya SMU, anak-anak perempuan pergi ke kamar mandi bersama-sama, jalan-jalan di mall bersama-sama, janjian memakai baju berwarna sama, menyukai kakak kelas yang sama, nge-fans dengan selebriti yang sama.
Ya, tidak merupakan sebuah masalah besar sih, namun hal itu hanya merupakan sebuah gambaran sederhana tentang bagaimana kita selalu terbiasa untuk melakukan konformitas terhadap "sesuatu" di luar kita dibanding "sesuatu" yang benar-benar ada di dalam diri kita.
Berapa banyak orang yang bekerja demi uang, kehormatan, kekuasaan dan ketenaran?
Apakah mereka mengerjakan pekerjaan itu untuk diri mereka sendiri? Saya rasa tidak semua.
Sebagian orang bekerja seumur hidupnya demi orang lain, bukan demi dirinya sendiri.
Berapa banyak sih orang yang bekerja karena dia "rindu" untuk melakukan pekerjaan itu, bukan karena dia "memerlukan" pekerjaan itu?
Uang, kekuasaan dan ketenaran.. Apakah orang yang dalam hidupnya mencari hal ini bekerja untuk dirinya sendiri?
Bagi saya tidak, dia justru diperbudak oleh hal ini.
Diperbudak oleh sesuatu "di luar" dirinya, sementara kita tahu, bahwa kebahagiaan ada jauh di dalam diri kita sendiri.
Kita harus "masuk ke dalam" dan mendapatinya, bukan "berlari ke luar" dan mencari penggantinya. Bisa dilihat perbedaannya?
uang, kekuasaan, ketenaran, tidak satu pun dari hal ini yang merupakan kebutuhan hakiki dari seorang manusia.
Okey, topiknya mulai melenceng hahahha.. (maklum, penulis serabutan, jalan berfikirnya pun serabutan hehehe xP).
Kembali lagi ke masalah pengertian,
Saya jadi ingat pengalaman saya beberapa hari yang lalu. Saat itu saya sedang mengendarai mobil bersama kedua teman saya. Seperti biasa, kondisi Jalan Sudirman siang itu ramai lancar. Kemudian saya bertemu dengan lampu merah dan berhenti. Tak berapa lama mobil di depan saya maju sedikit lalu berhenti lagi, saya pun segera mengikuti jejaknya. Saya menurunkan rem tangan, menginjak kopling dan menginjak gas perlahan untuk merapatkan barisan. Namun, ketika saya maju sedikit (kira-kira hanya 50 cm), sebuah motor di belakang saya terpeleset. Saya tidak tahu apa yang terjadi di belakang sana, saya hanya maju sedikit dengan arah stir yang lurus ke depan. Beberapa saat kemudian pengendara motor itu mengetok mobil saya dan memaki-maki saya, mahluk yang saya yakin masih manusia itu lalu berkata seperti ini..
"Heh lu, klo mau berenti ya berenti aja, jangan maju-maju dong!!! BEGO LO!"
Saudara-saudaraku yang terkasih, saya ingin bertanya sesuatu. Ini yang GOBLOK siapa ya? Perasaan gue cuma maju sedikit dengan stir lurus, terus kenapa jadi gue yang salah karna dia kepeleset di belakang? Emang gue mundur?????
Terus kalau mobil depan gue maju, gue mau ngapain? MAU DIEM AJA KAYA KERANG??
Waktu itu saya terdiam sejenak dengan tampang yang paling BLO'ON sedunia (campuran marah, bingung, lucu, sama muak, walaupun yang terakhir lebih mendominasi ya).
Setelah memasang tampang blo'on dengan mulut yang terbuka kira-kira sebesar 3 jari (seperti pada saat latihan voKal), saya akhirnya mulai tersadar bahwa hal ini nyata, bukan mimpi semata. Mahluk di samping mobil saya ini benar-benar real.
"Mas, saya maju ke depan ya! Bukan mundur ke belakang, gimana caranya saya maju ke depan dan mas kepeleset di belakang, terus itu jadi salah saya???" (sambil membuat pergerakan-pergerakan tubuh yang agak ekstrim untuk lebih menggambarkan dan memperjelas kemustahilan yang dituduhkan pada saya)
Lalu si mahluk yang memakai helm itu tetap memaki saya lalu maju sedikit ke depan, menendang ban mobil saya dengan kencang (sampai dia agak kehilangan keseimbangan, sayangnya tidak sampai terjatuh), lalu seketika kabur.
"Anjrrrrrrrrrrrrrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttt"
Gila tu orang? Dia masih gak ngerti juga kesalahannya? Masih tetep nyalahin gue???
Punya otak gak siiiiy? Tapi dia masih bisa mengendarai motor tuh buktinya, berarti mungkin masih punya otak lah walaupun cuman SECUIL. Shit!
Gue jadi inget jokesnya abang gue yang agak gak adil dan terlalu mengeneralisasi pengendara motor, tapi gue tidak tahan untuk tidak membagikan jokes ini mengingat betapa menyebalkannya peristiwa yang gue alami itu.
Bunyinya begini.
"Orang yang naek motor tuh gak punya apa-apa, otak juga enggak punya, yang dia punya cuma satu. Ya motornya itu doang!"
Hahaha.. Ha ha ha.. hahahaha ha ha ha. ha. ha.ha.ha.ha....
Saya mau tertawa sepuas-puasnya mengulang jokes itu (lebih ke arah katarsis siy), karena gak tau bagaimana cara melampiaskan kekesalan saya! Gila, gila..
Sepanjang perjalanan saya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, begitu juga dengan teman-teman saya saat itu. Sepanjang jalan saya mengerenyitkan dahi sambil berkata dalam hati.
"Well, i don't get it. i just don't get it at all."
Tapi, setelah gue renungkan lebih dalam kejadian itu, gue jadi ingin bertanya.
Apakah pengertian dari orang lain itu lebih penting dari pengertian kita sendiri?
Kenapa saya jadi stres sendiri menanggapi kejadian itu?
Kenapa saya menjadi sangat stres karena orang lain tidak dapat (atau mungkin tidak mau) memahami pengertian saya?
Apa karena saya tidak dapat membuat dia memahami pengertian saya itu berarti saya kehilangan pengertian itu sendiri?
Jangan harap saya berfikir begitu.
Akhirnya setelah saya beniat untuk mendapat pengertian itu "untuk diri saya sendiri", saya mencoba untuk memahami dirinya (ini saya lakukan buat diri saya loh, bukan buat mahluk ber-helm itu).
Karena waktu itu saya melihat matanya berwarna kemerahan, saya mulai berfikir, mungkin dia sedang mabuk, atau dia tidak tidur seharian karena bekerja, atau begini atau begitu sehingga dia dapat memunculkan perilaku yang sangat tidak normal seperti itu.
Anda tahu apa yang terjadi? Saya mulai merasa tenang dan emosi saya tidak meluap-luap seperti sebelumnya. Saya tidak merasa stres atau kepikiran lagi.
Kalau menurut saya, di sinilah titik di mana pengertian itu dicapai.
"Pengertian dicapai ketika kita berusaha untuk memahami orang lain, bukan semata karena dapat membuat orang lain memahami apa yang kita mengerti."
Ya, terkadang saya lelah mengumbar banyak bahasa untuk membuat orang lain mengerti. Well, saya sebenarnya suka menjelaskan segala hal secara detail untuk membuka pengertian orang lain (dan biasanya selalu berhasil, i'm good at this stuff), namun jika gagal, saya seringkali merasa tertekan (karena tidak biasa). Buat apa?
ya, seperti di atas tadi, ujung-ujungnya tertekan buat orang lain toh? hehehe...
Kalau begitu saya akan belajar untuk EGOIS saja ah..
Saya akan mencoba untuk diam. Jika saya merasa tertolak (dalam memberikan pengertian), saya akan belajar untuk diam dan memperhatikan, saya yakin pengertian akan datang, tak peduli dari mana, sungguh tak peduli. Bukan dari setiap kata dan kalimat, karena semua itu hanya mediator yang bolak balik mampir telinga kanan keluar telinga kiri. Namun pengertian akan muncul dari dalam diri saya sendiri. Begitulah caranya saya akan mendapatkannya.
Pada akhirnya, semua berasal dari diri sendiri bukan? Kebahagiaan, pengertian, kedamaian.
Pada akhirnya saya sampai pada sebuah kesimpulan.
"Cobalah untuk terus memahami orang lain, dan jika kamu tidak bisa melakukannya untuk orang lain, lakukan itu untuk dirimu sendiri. Maka, pengertian akan selalu berpihak kepadamu. =) "
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
"Cobalah untuk terus memahami orang lain, dan jika kamu tidak bisa melakukannya untuk orang lain, lakukan itu untuk dirimu sendiri. Maka, pengertian akan selalu berpihak kepadamu. =) "
ini bagus sekali..aku copas y! :D
pertama kali membaca blog sampe habis dan juga comment perdana!
ternyata seru juga baca blog.. =)
salam
Post a Comment