Liukan-liukan emas memantulkan cahaya kuning lampu yang berpendar terang
Di bawah sana orang-orang lalu lalang berpesta, sibuk dengan gelasnya masing-masing
Aku? hanya memandangi liukan emas, mengikuti setiap celahnya yang menyesatkan mata
Semua megah, semua indah..
Namun, tidak ada satu pun yang dapat mengalahkan aura keindahan kedua manusia yang bersanding di singgasana pelaminan itu..
Sang mempelai pria kemudian berdiri di hadapan para undangan..
Tatapanku kemudian beralih pada pria tampan itu.
Dia memandang sejenak ke tingkap langit dan mengucap syukur pada Tuhan,
"Sewaktu kecil saya bertemu dengan seorang gadis cilik yang menawan, senyumannya yang lembut membuat saya tidak pernah berhenti menginginkannya..
Sampai saat ini.."
"Terimakasih Tuhan, karena sekarang gadis itu boleh berdiri di samping saya dalam mahligai suci-Mu ini.."
Saya selalu menginginkannya..
Ya, selalu..
Aku tersenyum, hatiku melambung mendengar kebahagiaan yang terpancar di mata mereka..
Namun, hatiku yang berisik ini juga masih saja bertanya..
Setelah sang mempelai pria mendapatkan gadis itu, apakah dia masih bisa menginginkannya sampai selamanya?
Apakah mendapatkan sama artinya dengan berhenti menginginkan?
Atau kita mendapatkan memang tujuannya untuk berhenti menginginkan?
Apakah sebuah pernikahan merupakan proses untuk menginginkan lebih lagi?
Bagaimana cara menginginkan sesuatu setelah mendapatkannya?
Ahhh... apakah pertanyaan-pertanyaan ini penting?
aku tak tahu..
aku tak tahu..
Yang aku tahu pasti, ya, aku ini tidak tahu jawabannya..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment