Apakah hari besar harus selalu disengaja? Apakah pada hari besar harus selalu terjadi peristiwa besar? Kenapa peristiwa besar harus terjadi di hari besar?
Mungkin pertanyaan “besar” untuk hari besar adalah, apakah hari besar itu ada karena peristiwa, atau karena kita yang menciptakan peristiwa besar di hari besar?
Sekilas pertanyaan ini nampak tidak penting, padahal menurut saya juga memang sangat tidak penting sih hehehe.. Apakah saya harus menulis sesuatu yang penting dalam blog yang tidak penting ini, atau mungkin karna tulisan saya yang tidak penting, blog ini menjadi tidak penting? Yah, hanya ada 2 hal dalam pikiran manusia, dirinya dan sesuatu yang ada di luar dirinya (tak peduli benda hidup, mati, bergerak, diam). Tak peduli penting atau tidak, manusia selalu melakukan respon. Manusia adalah mahluk yang menilai dan dinilai. Apakah Anda sanggup mempertanyakan nilai Anda pada orang lain sementara Anda sendiri sedang menilai orang tersebut? Atau mengapa Anda harus mempertanyakan nilai Anda sebagai seorang pribadi kepada orang lain? Dengan mempertanyakan nilai Anda sebagai seorang pribadi hanya akan membuat Anda menjadi “bukan siapa-siapa” melainkan sebuah objek yang nilainya hanya ada karena “pribadi-pribadi lain” di luar diri Anda itu. Hanya sampai disitukah arti keberadaan Anda? Who are you? Tapi, itu semua menurut saya loh. Bertanya memang mengasyikkan, tapi daripada melantur lebih jauh, saya stop pikiran liar ini dan memberikan tanda titik (.) bukan tanda tanya (?)(.) =P
Segala hal berangkat dari sebuah Fenomena, di mana manusia itu menceritakan kehidupan dengan cara menjalaninya. Namun manusia yang memegang kontrol akan dirinya terkadang merasa alam lah yang harus mengontrol dirinya. Mengapa? Hal ini yang ingin saya angkat. Perspektif.
Pernah mendengar “Hari Baik” ?
Ya, hari baik untuk melangsungkan pernikahan, perjalanan, usaha dll. Lalu apa itu hari besar? Apakah hari besar harus merupakan hari baik?
Contoh paling umum adalah Tanggal 1 setiap Bulan Januari. Apakah tanggal itu merupakan hari baik? Atau hari besar? Mengapa untuk menyambut hari itu kita harus menghambur-hamburkan uang, tenaga dan pikiran untuk menyambutnya? Hanya untuk menjadikannya sebagai hari baik? Bukan? Lalu apa?
Uang : sebagian besar orang menganggap tahun baru = party. Uang? Ya harus keluar dong untuk bersenang-senang, buka kamar, minum dll.
Tenaga : Dari hal kecil deh, meniup terompet jam 12 malam. (meniup juga menggunakan tenaga loh hehe). Banyak tenaga-tenaga lain yang pernah Anda keluarkan untuk mempersiapkan Si Tahun Baru ini.
Pikiran : Semua orang.. Well, ya hampir semua orang menurut saya memiliki “list to do” untuk menyambut tahun baru. Entah itu pertobatan, komitmen, nazar, tekad untuk hidup baru, dll. Tahun-tahun lalu saya selalu menjelang tahun baru dengan membuat “list to do” dan daftar hal yang hendak saya capai di tahun yang baru. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah, apakah sebuah niat baik untuk memperbaiki diri harus selalu dilakukan pada tahun baru? Jadi, jika saya berada pada tanggal 27 Desember apakah itu berarti saya dapat menyiakan waktu saya dengan berfikir “Saya masih punya 4 hari untuk dapat menjadi seseorang yang lebih baik kok” Lalu apa yang akan Anda lakukan selama 4 hari itu di saat Anda tahu bahwa Anda “mampu” menjadi orang yang lebih baik “detik itu juga”. Well, jeritan hati akan berkata “ya 4 hari akan saya gunakan untuk melakukan hal-hal yang tidak baiklah, puas-puasin dulu dong”. YA. Manusiawi sekali ya? hehehe
Bagaimana dengan saya? Ya saya pernah ada di masa itu (dan mungkin saja masih sampai sekarang).
Contohnya tulisan ini. Well, tulisan ini sebenernya saya buat sebelum saya menginjak umur 21 tahun (tepatnya mungkin saya persiapkan hehe). Tapi, entah mengapa, sebuah “tanggal 7 februari 2008” yang “membuat” saya berumur 21 tahun itu seakan sama sekali tidak membuat saya merasa menghidupi tulisan ini. Betul saja, pada tanggal 7 November 2008, ketika umur saya tepat berusia 21 tahun lebih 9 bulan, saya menemukan tulisan ini dan mulai sanggup menangkap sinyal kehidupan di dalamnya. Wuih.. dasyat ya kedengarannya, kebetulan sekali bisa genap 9 bulan kemudian hehe. Tapi, tidak sehebat itu kok, saya terkadang memang terlalu berlebihan dan bersemangat menyambut “kebetulan” yang biasanya saya sengaja hehe.. Saya mungkin salah seorang dari tokoh-tokoh yang saya ilustrasikan di atas, agar lebih meyakinkan, akan saya lampirkan tulisan saya itu tepat di saat saya berusia 21 tahun lebih 9 bulan. (see?) xP
Ini dia :
21 tahun, whatta year, huh? Many things happened but less I can remember (kaya kata-kata di buku tahunan SMA ku hehehe).. but I’m so grateful to remind all the things I’ve been through..
Sampai umur 21 ini gue ngerasain semuanya… hehehee..
Life goes on, like it should.. so glad that I could through it all..
Merasakan semua arti yang gak pernah gue duga bisa gue rasain..
Merasakan kesuksesan dan kegagalan, harapan menggebu dan keputusasaan, kegairahan dan kelelahan teramat sangat, mencintai dan dicintai, mendapatkan sekaligus didapatkan, memiliki dan kehilangan, mempertahankan prinsip dengan cara yang tidak prinsipil sehingga akhirnya mempertanyakan makna prinsip itu sendiri (Hidup ini ironis, disitulah letak pesonanya bukan?). Thanks God dalam membuka umu gue yang ke 21 tahun ini, akhirnya dengan muka terangkat dan hati yang tersenyum bangga gue bisa bilang... Gue TIDAK kehilangan apa yang telah menjadi prinsip gue dari dulu. GUE PEGANG SEMUA PRINSIP2 ITU sampai umur gue yang ke-21 tahun ini. So glad that I didn’t disappoint my self and all of my pals who believe in me. I do mistake, everyone does, but at last, all matter is just how you can face the truth and how you can win and move on from what u’ve called “mistake” it self.. gue termasuk seorang yang beruntung karena gue selalu punya orang-orang yang mendukung dan tidak mengecewakan gue di tengah kekecewaan itu sendiri.
Luv u guys, makasih buat dukungan kalian dalam menjalani hari-hari gue.. (=
Di umur 20 tahun, gue merasakan hal-hal yang luarbiasa. 1 tahun penuh dengan pembelajaran, kaya lagi ngikutin kelas aksel deh! Hehehe.. I’ve learned so many things.. Umur 20 tahun itu seakan kaya aba-aba untuk kedewasaan… 1… 2… 3… ya! Umur 21 tahun harus dewasa mau gak mau! Hehehee..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment