I don't change you..
You don't change me..
It is time that changes us..
Tomorrow, are we gonna be together or fall apart?
It's another thing called choice, the only thing we can control
Love is in me and my choice to have you
And my choice to keep it until tomorrow
And my choice to have it until you were gone
Wednesday, March 30, 2011
Monday, March 28, 2011
Anyway
I just remember how you use the word "anyway"
To end the day
To end the conversation
Mostly, to end the madness
And i just realize how the word "anyway" ends us up.
To end the day
To end the conversation
Mostly, to end the madness
And i just realize how the word "anyway" ends us up.
Sunday, March 27, 2011
Dialog Waktu yang Dikejar Waktu
Waktu, akan berubah. Begitu juga kamu. Secangkir kopi hangat ini akan tersentuh oleh waktu, meninggalkan pahit kegetiran yang tak asa menjamahi pipi dan rambutmu
Waktu, mengapa kau beri rindu. Tidak cukup setiap retak kau hempas ditiap kecupan malam yang lekas membekas.
Waktu, dapat kah kau berdiam sejenak, aku lelah berlari dalam lingkaran bumi. Mengendus setiap bahagia dari peti mati kenangan. Mengingat dan lupa berkali-kali.
Waktu, mari ku tunjukkan ruang untukmu. Diantara gemintang yang kelam namun hangat, diantara sinar yang terang sebentar lenyap.
Waktu, suara ini terlalu merdu aku ingin mati di dalamnya, sungguh aku ingin segala keigninan mati, berikan aku kamu, untuk menikmati ketidakinginan
Waktu, kau kah itu? Mengetuk-ngetuk tanpa henti. Apa mau mu?
Waktu, kau tersipu, aku hanya membenamkan diri dalam kemilau puisi berdansa dengan yang tak pasti. Kau pun tahu tiada yang pasti sebelum mati dan pergi..
Waktu, biarlah aku hidup dalam detik-detik termiliki dan memiliki, sungguh tiada pelukan yang mengecup langsung kepenuhan hati
Waktu, kau boleh berubah, semua boleh berubah tapi jangan ambil ini..
Waktu, biarlah rasa ini terus begini dan di sini..
Waktu, mengapa kau beri rindu. Tidak cukup setiap retak kau hempas ditiap kecupan malam yang lekas membekas.
Waktu, dapat kah kau berdiam sejenak, aku lelah berlari dalam lingkaran bumi. Mengendus setiap bahagia dari peti mati kenangan. Mengingat dan lupa berkali-kali.
Waktu, mari ku tunjukkan ruang untukmu. Diantara gemintang yang kelam namun hangat, diantara sinar yang terang sebentar lenyap.
Waktu, suara ini terlalu merdu aku ingin mati di dalamnya, sungguh aku ingin segala keigninan mati, berikan aku kamu, untuk menikmati ketidakinginan
Waktu, kau kah itu? Mengetuk-ngetuk tanpa henti. Apa mau mu?
Waktu, kau tersipu, aku hanya membenamkan diri dalam kemilau puisi berdansa dengan yang tak pasti. Kau pun tahu tiada yang pasti sebelum mati dan pergi..
Waktu, biarlah aku hidup dalam detik-detik termiliki dan memiliki, sungguh tiada pelukan yang mengecup langsung kepenuhan hati
Waktu, kau boleh berubah, semua boleh berubah tapi jangan ambil ini..
Waktu, biarlah rasa ini terus begini dan di sini..
Saturday, March 26, 2011
Ayo kita dukung Earth Hour!
Sejenak teruntuk Bumi
Bumi ku..
Sebongkah permata biru dengan aroma hijau kehidupan
Meringsut bara dari perut merahnya yang terbakar nafsu
Uang, harta, keegoisan, membakar nurani langit
Menyesap awan-awan putih yang hendak berteduh dari ganasnya mentari.
Manusia..
Mengapa bingung kala malam membeku siang neraka turun
Badai, banjir, kekeringan, bencana, kematian memang tak berwarna hijau
Tak bernadi ataupun bernafas
Apa salahnya kau berdiam dan nyalakan seonggok lilin untuk menziarahi bumi..
Dendangkan sejenak nyanyian kepedulian
- Ayo dukung gerakan Earth Hour, hari ini 26 Maret jam 20.30-21.30 dengan cara mematikan lampu rumah kamu selama satu jam itu. Setiap gerakan yang positif untuk lingkungan harus kita dukung. By switching off your lights for Earth Hour you are acknowledging and celebrating your commitment to do something more for the planet that goes beyond the hour with a long-term behavioral change. =)
Bumi ku..
Sebongkah permata biru dengan aroma hijau kehidupan
Meringsut bara dari perut merahnya yang terbakar nafsu
Uang, harta, keegoisan, membakar nurani langit
Menyesap awan-awan putih yang hendak berteduh dari ganasnya mentari.
Manusia..
Mengapa bingung kala malam membeku siang neraka turun
Badai, banjir, kekeringan, bencana, kematian memang tak berwarna hijau
Tak bernadi ataupun bernafas
Apa salahnya kau berdiam dan nyalakan seonggok lilin untuk menziarahi bumi..
Dendangkan sejenak nyanyian kepedulian
- Ayo dukung gerakan Earth Hour, hari ini 26 Maret jam 20.30-21.30 dengan cara mematikan lampu rumah kamu selama satu jam itu. Setiap gerakan yang positif untuk lingkungan harus kita dukung. By switching off your lights for Earth Hour you are acknowledging and celebrating your commitment to do something more for the planet that goes beyond the hour with a long-term behavioral change. =)
Wednesday, March 23, 2011
Andai Kamu Tahu
Andaikan kamu tahu, apa arti satu mimpi bagiku
Kamu..
Kamu hadir dan sekarang pergi, aku mengerti
Suatu hari aku berfikir untuk lari
Karena aku lelah untuk peduli
Aku lelah menghadapi mimpi-mimpi yang tak kau mengerti
Andai semua rasa bisa kuganti
Sungguh aku tak ingin lagi
Andaikan kamu tahu apa arti satu mimpi bagiku
Mimpi bahagia, tentang kita
Kamu, ya kamu, seluruhnya
Mimpi bersama dalam setiap duniamu
Andaikan kamu tahu apa arti satu mimpi bagiku
Andai saja…
___________________________________________________
DIA YANG KAU KENAL SEBAGAI AKU
Tidak kah kau mengerti
Semua tentang aku
Aku…
Haruskah airmata bergeming dalam kemaluan
Aku jijik mengaduh terus
Merasuki hati dengan peluh
Tahukah kamu ini aku
Sembunyi dibalik puisi
Diam diantar mentari sore yang mewangi
Tahukah kamu aku bukan dia
Dia yang selama ini kau kenal, sebagai aku
sungguh, aku bukan dia..
Kamu..
Kamu hadir dan sekarang pergi, aku mengerti
Suatu hari aku berfikir untuk lari
Karena aku lelah untuk peduli
Aku lelah menghadapi mimpi-mimpi yang tak kau mengerti
Andai semua rasa bisa kuganti
Sungguh aku tak ingin lagi
Andaikan kamu tahu apa arti satu mimpi bagiku
Mimpi bahagia, tentang kita
Kamu, ya kamu, seluruhnya
Mimpi bersama dalam setiap duniamu
Andaikan kamu tahu apa arti satu mimpi bagiku
Andai saja…
___________________________________________________
DIA YANG KAU KENAL SEBAGAI AKU
Tidak kah kau mengerti
Semua tentang aku
Aku…
Haruskah airmata bergeming dalam kemaluan
Aku jijik mengaduh terus
Merasuki hati dengan peluh
Tahukah kamu ini aku
Sembunyi dibalik puisi
Diam diantar mentari sore yang mewangi
Tahukah kamu aku bukan dia
Dia yang selama ini kau kenal, sebagai aku
sungguh, aku bukan dia..
Wednesday, March 09, 2011
Entah
Mari mendekat ke sini, ada yang ingin kubisikkan di telingamu
Tapi jangan lah, mungkin nanti, esok atau entah
Aku tak mau lagi
Mari ke sini, dekap aku erat, aku ingin nafaskan sesuatu
Tapi tunggu mungkin nanti atau kapan
Aku enggan
Aku rindu membencimu dan benci merindumu
Kamu perdu yang merdu ketika ku ingin tidur dalam diam
Tepat seperti toilet ketika ku ingin terisak sedikit
Kamu..
Jangan di sini atau di situ
Biar ku peluk supaya kau cepat pergi
___________________________________________________
WANITA
Kau!
Tersamarkan peluh mengaduh
Terik desah lejitan tajam gairah
Terengah-engah
DIAM !
Kau iblis militan kotor yang merajam kebenaran
Untuk menghapus ingus saja kau berlindung di balik ketiak bumi
Masih asa kau bunuh nyata dengan mengumbar aurat ibumu sendiri?
Ahhh !
MASUK.. MASUK.. MASUK..
BUNUH.. BUNUH.. BUNUH..
Kembalikan nyawa kami !
Tapi jangan lah, mungkin nanti, esok atau entah
Aku tak mau lagi
Mari ke sini, dekap aku erat, aku ingin nafaskan sesuatu
Tapi tunggu mungkin nanti atau kapan
Aku enggan
Aku rindu membencimu dan benci merindumu
Kamu perdu yang merdu ketika ku ingin tidur dalam diam
Tepat seperti toilet ketika ku ingin terisak sedikit
Kamu..
Jangan di sini atau di situ
Biar ku peluk supaya kau cepat pergi
___________________________________________________
WANITA
Kau!
Tersamarkan peluh mengaduh
Terik desah lejitan tajam gairah
Terengah-engah
DIAM !
Kau iblis militan kotor yang merajam kebenaran
Untuk menghapus ingus saja kau berlindung di balik ketiak bumi
Masih asa kau bunuh nyata dengan mengumbar aurat ibumu sendiri?
Ahhh !
MASUK.. MASUK.. MASUK..
BUNUH.. BUNUH.. BUNUH..
Kembalikan nyawa kami !
Saturday, March 05, 2011
Selamat Berpulang Jiwa yang Menyepi
Hari ini aku bangun berseri-seri, membuka kotak mimpi yang mengakses dunia maya.
Kotak mimpi mengingatkanku akan hari bahagiamu. Ya, kamu yang selalu ada di sana.
Aku membuka duniamu, menatap ke atas sambil mulai merangkai kata-kata indah.
Seperti sekuntum bunga yang kan melengkapi perayaan hari lahirmu.
Aku mengingat betapa kamu selalu menatap di sana, di setiap gerik gerak ku.
Kamu yang selalu sukacita mendukung setiap perkataan lantangku tentang keadilan.
Tersenyum simpul melihatku memamerkan taring dan cakar mungilku yang masih tumpul.
Kamu, seorang besar yang mengayomi dan mengagumi pucuk daun hijau yang masih baru.
Aku heran mengapa kau selalu mengawasi aku yang kencur dengan kata-kata lawasmu yang lekat.
Kamu tak pernah menegur, tak pernah berdebat.
kamu hanya berkata "jangan pernah menilai yang benar dan yang salah, karena hidup ini hanya cerita."
Kamu memang pencipta, lagu, tari, dendang, peran. Segala seni kau cipta.
Kepadamu aku akan belajar. Suaru hari, kita pasti akan benar-benar bertemu.
Aku pun membuka mata dan mulai menebar rima dalam nada kata.
Ahh, coba aku lihat apa kata teman-temannya hari ini.
Sedikit aku ingin merasakan kebahagiaannya sebelum mengirimkan bunga syairku.
..............................................................
..............................................................
..............................................................
Segera aku hapus semua syair dengan terburu-buru
Pikiranku tak lagi bisa terkendali selain sesak yang sibuk menderu
Apa-apaan ini?
..............................................................
..............................................................
..............................................................
Mengapakah kau tak membiarkan aku duduk bersama mu selagi kau bercerita tentang pentas-pentas teater
Mengapakah kau tak membiarkan aku menghabiskan secangkir saja kopi tanpa harus mengenangmu
Aku menarik nafas dalam, menghembusnya perlahan dan mulai menulis.
Syair yang berbeda, syair yang maha entah
"Hari ini adalah hari bahagia yang dirayakan bumi ketika menyambut kedatanganmu dan hari ini juga menjadi hari bahagia yang dirayakan surga untuk menyambut kepulanganmu. Hari ini kamu diantar terang menyepi nan damai. Selamat Jalan bung. Sampai bertemu di Rumah Bapa."
Kotak mimpi mengingatkanku akan hari bahagiamu. Ya, kamu yang selalu ada di sana.
Aku membuka duniamu, menatap ke atas sambil mulai merangkai kata-kata indah.
Seperti sekuntum bunga yang kan melengkapi perayaan hari lahirmu.
Aku mengingat betapa kamu selalu menatap di sana, di setiap gerik gerak ku.
Kamu yang selalu sukacita mendukung setiap perkataan lantangku tentang keadilan.
Tersenyum simpul melihatku memamerkan taring dan cakar mungilku yang masih tumpul.
Kamu, seorang besar yang mengayomi dan mengagumi pucuk daun hijau yang masih baru.
Aku heran mengapa kau selalu mengawasi aku yang kencur dengan kata-kata lawasmu yang lekat.
Kamu tak pernah menegur, tak pernah berdebat.
kamu hanya berkata "jangan pernah menilai yang benar dan yang salah, karena hidup ini hanya cerita."
Kamu memang pencipta, lagu, tari, dendang, peran. Segala seni kau cipta.
Kepadamu aku akan belajar. Suaru hari, kita pasti akan benar-benar bertemu.
Aku pun membuka mata dan mulai menebar rima dalam nada kata.
Ahh, coba aku lihat apa kata teman-temannya hari ini.
Sedikit aku ingin merasakan kebahagiaannya sebelum mengirimkan bunga syairku.
..............................................................
..............................................................
..............................................................
Segera aku hapus semua syair dengan terburu-buru
Pikiranku tak lagi bisa terkendali selain sesak yang sibuk menderu
Apa-apaan ini?
..............................................................
..............................................................
..............................................................
Mengapakah kau tak membiarkan aku duduk bersama mu selagi kau bercerita tentang pentas-pentas teater
Mengapakah kau tak membiarkan aku menghabiskan secangkir saja kopi tanpa harus mengenangmu
Aku menarik nafas dalam, menghembusnya perlahan dan mulai menulis.
Syair yang berbeda, syair yang maha entah
"Hari ini adalah hari bahagia yang dirayakan bumi ketika menyambut kedatanganmu dan hari ini juga menjadi hari bahagia yang dirayakan surga untuk menyambut kepulanganmu. Hari ini kamu diantar terang menyepi nan damai. Selamat Jalan bung. Sampai bertemu di Rumah Bapa."
Friday, March 04, 2011
Celah
Aku bisa menghabiskanmu dalam satu teguk
Akan kegalauan malam terkantuk kantuk
Di sela genggaman hasrat yang merajuk
Tapi aku rasa, kamu lebih dari itu
Kamu layak akan sebuah rindu
Rinduku.
____________________________________________________________
Thursday, March 03, 2011
Lorong
Jauh kita berjalan, menembus angin dan hujan
Mejajaki pasir yang terbentuk tanpa bayangan
Diam, kita diam
Pendar-pendar cahaya keramaian dikejauhan terlihat semu
Suasana mistis di antara kita dan kursi-kursi kosong ini lebih pekat dari malam
Diam, kita diam
Hembusan angin mengombak meracuni tubuk kita yang membeku
Tergenggam dalam sebuah hasrat yang mengabur
Diam, kita diam
Debur-debur pantai dan suara salakan hantu laut menghujam dalam kehangatan
Lekat mendekat segala khayal masing-masing, sendiri-sendiri, aku, kamu, terasa jauh dalam pelukan
Untuk itu, kita lebih baik diam
Menyusuri lorong terakhir dengan perasaan yang entah
Dalam diam,
Kita bersandar dan Terbang.....
Akan kegalauan malam terkantuk kantuk
Di sela genggaman hasrat yang merajuk
Tapi aku rasa, kamu lebih dari itu
Kamu layak akan sebuah rindu
Rinduku.
____________________________________________________________
Thursday, March 03, 2011
Lorong
Jauh kita berjalan, menembus angin dan hujan
Mejajaki pasir yang terbentuk tanpa bayangan
Diam, kita diam
Pendar-pendar cahaya keramaian dikejauhan terlihat semu
Suasana mistis di antara kita dan kursi-kursi kosong ini lebih pekat dari malam
Diam, kita diam
Hembusan angin mengombak meracuni tubuk kita yang membeku
Tergenggam dalam sebuah hasrat yang mengabur
Diam, kita diam
Debur-debur pantai dan suara salakan hantu laut menghujam dalam kehangatan
Lekat mendekat segala khayal masing-masing, sendiri-sendiri, aku, kamu, terasa jauh dalam pelukan
Untuk itu, kita lebih baik diam
Menyusuri lorong terakhir dengan perasaan yang entah
Dalam diam,
Kita bersandar dan Terbang.....
Subscribe to:
Posts (Atom)